Minggu, 09 Desember 2012

MODUL  5
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BAHASA TULISAN


Kegiatan Belajar 1
Pengertian, Peranan dan Tujuan Membaca



I.       PERKEMBANGAN MEMBACA  PADA ANAK TK
          A.   Pengertian Membaca
     Membaca merupakan ketrampilan bahas tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi, kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Anderson dkk. (1985) memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan. Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Bahkan lebih jauh dari itu dalam kegiatan membaca, pembaca menghubungkannya dengan maksud penulis berdasarkan pengalamannya.       Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan (a) pengenalan huruf atau aksara, (b) bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf, dan (c) makna atau maksud, dan (d) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.
       Adapun menurut Hari (1970:3) membaca merupakan interprestasi yang bemakna dari simbol verbal yang tertulis/tercetak. Membaca adalah tindakan menyesuaikan arti kata dengan simbol-simbol verbal yang tertulis/tercetak. Sejalan dengan itu Kridalaksana (1993:13) juga mengemukakan bahwa membaca adalah ”keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras”. Kegiatan membaca dapat bersuara, dapat pula tidak bersuara. Jadi, membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan.

B.       Pentingnya Kemampuan Membaca
       Seperti dijelaskan pada pendahuluan, kemampuan membaca sangat     penting dimiliki anak. Mary Leonhardt (1999: 27) menyatakan ada beberapa alasan mengapa kita perlu menumbuhkan cinta membaca pada anak. Alasan-alasan tersebut adalah :
1)         Anak yang senang membaca akan membaca dengan baik, sebagian besar waktunya digunakan untuk membaca
2)         Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi.
Mereka akan berbicara, menulis dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik
3)         Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal, dan membuat belajar lebih mudah
4)         Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak
5)         Membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang.
6)         Anak-anak yang gemar membaca dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan
7)         Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka

B.       Tujuan Membaca
Tujuan membaca memang sangat beragam, bergantung pada situasi dan berbagai kondisi pembaca. Secara umum tujuan ini dibedakan sebagai berikut :
1)        Salah satu tujuan membaca ialah informasi untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud di sini mencakup informasi tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah canggih. Tujuan ini mungkin berkaitan dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.
2)        Ada orang-orang tertentu yang membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Mereka ini mungkin membaca karya para penulis kenamaan, bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadap diri mereka. Tentu saja kegiatan membaca bagi orang-orang semacam ini sama sekali tidak merupakan kebiasaannya, tetapi hanya dilakukan sekali-sekali di depan orang lain
3)        Ada kalanya ang membaca untuk melepaskan diri dari kenyataan, misalnya pada saat ia merasa jenuh, sedih, bahkan putus asa. Dalam hal ini membaca dapat merupakan submilasi atau penyaluran yang positif, apalagi jika bacaan yang dipilihnya adalah bacaan yang bermanfaat yang sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya
4)        Mungkin juga orang membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan, seperti halnya menonton film atau bertamasya. Bacaanyang dipilih untuk tujuan ini ialah bacaan-bacaan ringan atau jenis bacaan yang disukainya, misalnya cerita tentang cinta, detektif, petualangan,I dan sebagainya
5)Kemungkinan lain, orang membaca tanpa tujuan apa-apa, hanya karena iseng, tidak tahu apa yang akan dilakukan; jadi, hanya sekedar untuk mengisi waktu. Dalam situasi iseng itu, orang tidak memilih atau menentukan bacaan; apa saja dibaca : iklan, cerita pendek, berita keluarga, lelucon dan sebagainya. Kegiatan membaca seperti ini tentu lebih baik dilakukan daripada pekerjaan iseng yang merusak atau bersifat negatif.
5)        Tujuan membaca yang tinggi ialah mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih ialah karya bernilai sastra.
Masih adakah tujuan membaca lainnya yang belum disinggung? Cobalah Anda kemukakan!


















Kegiatan Belajar 2
Pengembangan Kemampuan Membaca  di TK


A.                Kemampuan-Kemampuan Kesiapan Membaca
       Sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan membaca atau kemampuan kesiapan membaca perlu dikuasai oleh anak terlebih dahulu. Dasar-dasar kemampuan membaca ini diperlukan agar anak berhasil dalam membaca maupun menulis. Seperti dikemukakan oleh Miller bahwa sebelum anak diajarkan membaca perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan membaca. Di samping itu juga bertujuan agar dapat diketahui kemampuan kesiapan membaca khusus apa yang sebaiknya diajarkan atau dikuatkan pada anak (1977:23).
Adapun kemampuan-kemampuan kesiapan membaca yang akan dikembangkan itu adalah sebagai berikut :
1)            Kemampuan membedakan auditorial
Anak-anak harus belajar untuk memahami suara-suara umum di lingkungan mereka dan membedakan di antara suara-suara tersebut. Mereka harus memahami konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian, tekanan, tempo, pengulangan dan kontras (suara) membedakan suara-suara huruf dalam alfabet di Taman Kanak-Kanak, terutama suara-suara yang dihasilkan oleh konsonan awal dalam kata. (Anak harus mampu membedakan suara huruf d dari suara t, suara m dari suara n).
         Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah :
a.         Mintalah anak-anak untuk memberi nama sesuatu yang dimulai     dengan suara yang sama dengan namanya
b.         Ucapkan sekumpulan kata dan mintalah anak-anak untuk memberi tahu Anda kata mana dalam daftar dimulai dengan suara yang berbeda dengan yang lain
c.         Tugaskan anak untuk memberi nama setiap benda yang ada dikelas yang dimulai dengan huruf tertentu, misalnya d
d.        Tugaskan anak beranjak dengan kata-kata seperti lari, melompat, terbang Sebelumnya bahan-bahan yang akan diberikan atau kegiatan yang akan dilaksanakan pada bagian ini terlebih dahulu direkam agar anak dapat bekerja dengan mendengarkan petunjuk dan kemudian meresponnya.
2)            Kemampuan diskriminasi visual
Anak-anak harus belajar untuk memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-gambar pad foto, lukisan, dan pantonim. Mereka harus belajar untuk melakukan identifikasi warna-warna dasar dan bentuk-bentuk geometris dan mampu menggabungkan objek-objek berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran. Mereka harus mampu membedakani kiri dan kanan warna, bentuk maupun atas dan bawah, dan mengikuti gerakan dari kiri ke kanan maupun dari atas ke bawah. Mereka harus mampu mengatakan bentuk dari gambar latar belakang, mengemukakan detail pada sebuah gambar, dan mengetahui pola-pola visual sederhana.
Akhirnya, mereka harus mampu untuk memahami dan menamai huruf besar dan huruf kecil. Untuk mewujudkan hal ini bisa melalui kegiatan-kegiatan berikut :
a.    Suruhlah anak menyelesaikan berbagai macam puzzle
b.    Buatlah anak menulis berbagai tulisan nama dan kata yang     telah dipelajari
c.    Buatlah anak menyalin bentuk-bentuk geometris seperti   lingkaran, bujur sangkar, segitiga, dan busur
3)            Kemampuan (membuat) hubungan suara – simbol
         Pada akhirnya, anak harus mampu mengkaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan suara yang mereka representasikan. Ia harus tahu bahwa d disebut de dan menetapkan suara pada awal kata ‘daging’. Sebagian besar anak akan membuat kemajuan awal yang bagus pada kemampuan-kemampuan ini selama masa Taman Kanak-Kanak. Sedikit diantaranya akan menguasai semua kemampuan (menghubungkan) suara simbol hingga masa selanjutnya di kelas (sekolah dasar).
4)            Kemampuan perceptual motoris
         Anak-anak harus cukup dewasa untuk mampu menggunakan otot halus tangan dan jari mereka dan untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang mereka lihat. Mereka harus melatih kemampuan ini sehingga mereka mampu menyusun puzzle sederhana, gambar lukisan tangan, membentuk tanah liat, merangkai manik-manik, menuangkan benda cair, dan atau menggunakan gunting. Mereka harus belajar memegang krayon, spidol ajaib dan pensil, untuk mewarnai gambar-gambar sederhana dalam garis-garis, untuk menjiplak garis dan bentuk di udara dan kertas, untuk menyalin garis dan bentuk tanpa menjiplak. Akhirnya, mereka harus mampu menyalin huruf dan kata, menulis nama mereka, menulis huruf yang memadukan suara.
5)            Kemampuan bahasa lisan
         Sebagaimana dikatakan, anak-anak masuk ke Taman Kanak-Kanak dengan kemampuan substansial untuk berbicara dan mendengarkan. Meskipun demikian, selama masa Taman Kanak-Kanak, kemampuan-kemampuan ini harus lebih dikembangkan dan diperbaiki. Anak-anak harus belajar mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail, dan memahami ide-ide utama. Mereka harus menggunakan dan memperluas kosa kata bahasa lisan mereka untuk menjelaskan ide-ide, untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa, untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri, atau orang imajiner mereka. Mereka hendaknya menjadi senang berbagai pengalaman dengan bahasa dan gembira dalam belajar dan menggunakan kata-kata baru.
6)            Membangun sebuah latar belakang pengalaman
Hal ini bisa dilakukan misalnya melalui bermacam-macami kegiatan berikut :
a.         Ceritakanlah sebuah kisah menarik di kelas paling kurang satu  kali sehari, hal ini dapat menimbulkan minat membaca anak
b.         Buatlah pusat minat di kelas
c.         Ajaklah anak menonton film dan mendengarkan rekaman untuk membangun latar belakang pengalaman mereka.
7)            Interprestasi gambar
         Tunjukkan sebuah gambar kepada anak dari buku atau file Anda.  Ajaklah anak menginterprestasikan gambar secara kreatif.
8)            Progresi dari kiri ke kanan
a.    Buatlah kalender kelas bertumpuk
b.    Tunjukkan kepada anak bahwa membaca dimulai dari sisi tangan kiri ketika membaca keras kepada anak
c.    Buatlah anak melakukan potongan komik dengan rangkaian dari kiri ke kanan
9)            Kemampuan merangkai
a.    Buatlah anak merangkai gambar seri dengan benar
b.    Buatlah anak mengulang cerita yang baru saja didengar atau dibaca dengan benar
10)        Penggunaan bahasa mulut
Buatlah sekelompok anak-anak ikut serta dalam kegiatan seperti membagi waktu, percakapan, bermain drama dan bermain peran.
11)        Pengenalan melihat kata
Ajarkan kata-kata yang umum dipakai. Anjurkan tiap anak untuk memperhatikan bentuk yang unik atau karakter khusus tiap melihat kata.
12)        Lateralisasi
Banyak jenis kegiatan berbeda yang bisa menolong anak-anak belajar untuk membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri serta antara kaki kiri dan kaki kanan. Misalnya, mereka bermain game “Simon says”.
13)        Koordinasi gerak
Kebanyakan kegiatan dan games yang dimasukkan dalam program pendidikan fisik di sekolah akan membantu meningkatkan koordinasi gerak anak.

B.       Tanda-Tanda Kesiapan Membaca
Tanda-tanda kesiapan anak sudah dapat diajarkan membaca adalah sebagai berikut :
1)            Apakah anak sudah dapat memahami bahasa lisan ?
Kemampuan ini dapat diamati pada waktu bercakap-cakap dengan anak,  atau apabila dia disuruh melakukan sesuatu, atau diberi pertanyaan tentang sesuatu. Pemahaman yang dimaksud disini sudah tentu adalah pemahaman yang dasar, yaitu kalimat-kalimat sederhana dalam konteks komunikasi, dan sesuai dengan perkembangan bahasa anak.
2)      Apakah anak sudah dapat mengajarkan kata-kata dengan jelas?
Inipun dapat diamati pada waktu bercakap-cakap dengan anak, atau ketika anak itu mengatakan atau menanyakan sesuatu. Dapat juga diuji secara informasi dengan menanyakan nama beberapa objek, misalnya :
         Ibu          :   Apa ini? (Sambil memegang kuping anak)
                                   Anak      :    Kuping
         Ibu          :   Apa ini? (Sambil memegang meja)
         Anak      :   Meja
           Kalau kata kuping, meja dan lain-lain diujarkan dengan baik, berarti anak itu telah dapat mengujarkan kata-kata dengan baik. Ini tidak harus berarti bahwa anak itu telah dapat mengujarkan semua kata dengan baik. Yang penting ialahi sejumlah kata telah dapat diajarkan dengan baik.
a.    Apakah anak sudah dapat mengingatkan kata-kata?
Percakapan seperti diatas dapat dipergunakan untuk melihat kemampuan ini, terutama dengan menanyakan nama obyek-obyek tertentu. Misalnya : pada suatu hari anak ditanya “Apa ini?” sambil memegang rambutnya. Anak menjawab “Rambut”. Besoknya, pertanyaan yang sama ditanyakan lagi. Jika jawabnya benar, maka dia telah dapat mengingat kata itu.
b.    Apakah anak sudah dapat mengujarkan bunyi huruf?
Kemampuan ini sesungguhnya dapat dikatakan sudah tercakup dalam pertanyaan-pertanyaan diatas. Namun baik juga diperhatikan secara khusus. Ini dapat dilihat misalnya dengan meminta anak meniru mengujarkan bunyi huruf-huruf yang diujarkan oleh ibu, misalnya :
Ibu          : /a/ (bunyi huruf a)
Anak
      : /a/
Ibu
         : /b/ (bunyi huruf b)
Anak
      : /b/ dan lain-lain
c.    Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca ?
Hal ini dapat dilihat misalnya dari keinginan anak memegang buku, membuka-bika bacaan lain dan meniru-niru membaca, serta mencoret-coret kertas. Ini berkaitan erat dengan usaha-usaha yang telah dibicarakan terdahulu.
d.    Apakah anak sudah dapat membedakan dengan baik ?
Yang dimaksud dengan membedakan di sini terutama ialah membedakan suara (bunyi) dan objek-objek. Jadi, kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan pendengaran dan penglihatan. Kemampuan ini dapat dilihat misalnya dari perilaku anak menanggapi kata-kata suruhan yang berbeda-beda. Dapat juga dilihat apakah anak dapat membedakan berbagai suara dan bunyi di sekitarnya, dengan bertanya “Suara (bunyi) apa itu?”, misalnya. Kemampuan membedakan objek-objek dapat diuji melalui berbagai alat permainanya. Kemampuan membedakan huruf-huruf juga dapat diuji dengan menunjukkan dua huruf yang berbeda dan menanyakan “Sama atau berbeda?” Dalam kemampuan membedakan dimaksud ini termasuk juga kemampuan membedakan arah gerakan, misalnya tangan bergerak dari kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah

C.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemapuan Membaca
Kemampuan membaca seperti juga kemampuan menulis merupakan kegiatan yang kompleks, artinya banyak segi dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Anderson (1990: 34) mengemukakan faktor motivasi, lingkungan, keluarga dan guru sebagai faktor yang sangat berpengaruh. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Tampubolon (190 : 90-91) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis terbagi atas dua bagian, yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah faktor-faktor perkembangan baik bersifat biologis, maupun psikologis dan linguistik yang timbul dari diri anak, sedangkan eksogen adalah faktor lingkungan. Kedua faktor ini saling terkait, dengan kata lain bahwa kemampuan membaca dan menulis dipengaruhi secara bersama.
Lebih rinci akan diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Faktor-faktor tersebut adalah :
1)            Motivasi      Faktor motivasi akan menjadi pendorong semangat anak untuk membaca. Motivasi merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan membaca dalam situasi untuk membaca dapat dibedakan sumbernya. Dalam hal ini ada motivasi intrinsik yaitu yang bersumber pada pembaca itu sendiri dan motivasi ekstrinsik yang sumbernya terletak di luar membaca itu.
                 Seorang yang memiliki motivasi tinggi atau kuar, tanpa didorong atau disuruh membaca, giat belajar membaca, sedangkan yang tidak bermnotivasi atau motivasinya rendah tentunya enggan membaca. Motivasi adalah sebuah ketertarikan untuk membaca, hal ini penting karena jika ada motivasi akan menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih baik.
                 Cara agar siswa termotivasi dan tertarik adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang berkualitas tinggi yang memiliki hubungan dengan kehidupan mereka. Cara lainnya adalah dengan membantu mereka memperjelas apa yang mereka sudah tahu ataupun yang belum diketahuinya sehingga mereka akan mudah menerima dan mengbubungkan dengan informasi baru, cara lainnya juga adalah dengan mengerti tujuan dari membaca dan apa yang diharapkan didapat dari proses membaca tersebut. Selain itu guru bertindak sebagai katalisator motivasi dan ketertarikan serta model bagi siswa.

2)          Lingkungan Keluarga
        Marrew (1993) berpendapat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya bahwa pembaca dini (yang telah pandai membaca sebelum masuk sekolah) berasal dari keluarga yang berbudaya tuli). Dalam keluarga seperti itu orang tua atau yang lebih besar berperan sebagai model perilaku budaya tuli, sehingga sejak kecil anak telah terlihat dalam kegiatan baca tulis. Seperti yang juga dikemukakan oleh Leonhardt bahwa anak sangat memerlukan keteladanan dalam membaca. Keteladanan itu harus sesering mungkin ditunjukkan kepada anak oleh orang tua. Kemudian seperti yang dialaminya dengan menunjukkan perilaku membaca sesering mungkin pada anak, membuat anak gemar membaca. Seperti kit ketahui bahwa anak-anak memiliki potensi untuk meniru secara naluriah.
         Menurut Leichter (1984) perkembangan kemampuan membaca dan menulis dipengaruhi oleh keluarga dalam hal :
a.         Interaksi interpersonal
                 Interaksi interpersonal terdiri atas pengalaman-pengalaman baca tulis bersama  
                orang rtua,s audara dan anggota keluarga lain di rumah.
b.         Lingkungan fisik
                 Lingkungan fisik mencakup bahan-bahan bacaan di rumah
c.         Susana yang penuh perasaan (emosional) dan memberokan dorongan (motivasional) yang cukup hubungan antarindividu di rumah, terutama yang tercermin pad asikap membaca.
3)          Bahan Bacaan
        Minat baca serta kemampuan membaca seseroang juga dipengaruhi oleh bahan bacaan. Bahan bacaan yang terlalu sulit untuk seseorang dapat mematikan selera untuk membaca. Sehubungan dengan bahan bacaan ini ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu topik atau isi bacaan dan keterbacaan bahan Bromley (1990) menyatakan bahwa bacaan anak-anak adalah bahan kritis dan media dalam mengajar komunikasi secara efektif.
D.  Proses Membaca
    Sabarti mengemukakan bahan agar pengembangan membaca dapat dilakukan secara konseptual, perlu diperhatikan beberapa butir teori yang berkaitan dengan perolehan kemampuan membaca. Adapun teori-teori tersebut dikemukakan oleh Morrow (1993) sebagai berikut :
1.Membaca dipelajari melalui interaksi dan kolaborasi sosial artinya dalam proses pemberdayaan membaca dan menulis situasi kelompokl kecil memegang peranan penting.
2.Anak belajar membaca sebagai hasil pengalaman kehidupan
3.Anak mempelajari ketrampilan membaca bila mereka melihat tujuand an kebutuhan proses membaca
4.Membaca dipelajari melalui pembelajaran ketrampilan langsung. Dalam hal ini yang sangat penting disadari oleh guru ialah kebutuhan individual anak-anak yang diakomdasikan dalam stratgegi pembelajaran yang tepat.
Holdoway (1986) menyatakan ada empat proses yang memungkinkan anak mempelajari kemampuan membaca. Pertama  melihat orang dewasa membaca, yaitu anak termotivasi untuk melakukan peniruan layaknya mebaca.. Kedua kolaborasi yaitu menjalin kerja sama dengan individu yang memberi dorongan motivasi dan bantuan bila diperlukan. Ketiga proses yaitu anak mencobakan sendiri apa yang sudah dipelajarinya. Keempat unjuk kerja, yaitu dengan berbagi apa yang sudah dipelajari dan mencari pengakuan dari orang dewasa.
 Kemampuan membaca melalui beberapa tahap. Tetapi setiap anak memiliki laju pencapaian yang berbeda. Mezoa dan Morrow juga mengemukakan bahwa ada tiga rangkaian perilaku membaca yang berkembang secara terpisah yaitu: perhatian terhadap fungsi bentuk dan konversi cetakan.
                 Kemudian Goodman (1984) dan Smith (1971) juga menyimpulkan:
·         Tahap pertama pengenalan anak tentang fungsi cetakan (huruf) merupakan langkah pertama dalam proses membaca.
·             Tahap kedua anak lebih memperhatikan bentuk cetakan secara lebih rinci.
·         Selanjutnya pada tahap ketiga anak menyadari adanya konvensi bahwa tulisan dibaca dari kiri ke kanan, tanda baca digunakan dengan suatu maksud, jarak dipakai untuk memisahkan kata atau huruf dan seterusnya (Morrow, 1993).

E.    Strategi Pengembangan kemampuan Membaca di TK
              Bagaimana strategi pengembangan kemampuan membaca yang baik dan  tepat di TK perlu diketahui dan dikembangkan oleh guru Taman Kanak-kanak. Jangan sampai pengembangan kemampuan membaca di Taman Kanak-kanak mengadopsi proses pembelajaran yang berlaku di SD. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2003 : 25) fenomena yang terjadi di lapangan bahwa sekarang banyak SD yang mengajukan persyaratan atau tes masuk dengan menggunakan konsep akademik terutama tes “membaca dan menulis”. Hal ini apabila tidak ditindaklanjuti dengan benar akan menyebabkan pergeseran tanggung jawab pengembangan kemampuan skolastik (akademik) dari SD ke Taman Kanak-kanak. Akibatnya Taman Kanak-kanak tidak lagi menjadi tempat bermain, bersosialisasi dan mendapatkan teman yang banyak melainkan beralih fungsi menjadi sekolah “Taman Kanak-Kanak” dalam rangka menyekolahkan anak-anak secara dini dan instan.
                              Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan strategi pengembangan yang sesuai dengan karakteristik anak Taman Kanak-kanak dan pengembangan harus tetap berpijak pada prinsip-prinsip dasar yang hakiki. Pendidikan Taman Kanak-kanak sebagai sebuah taman bermain, bersosialisasi dan juga sebagai wahana untuk mengembangkan berbagai kemampuan prakolastik yang lebih substansial. Seperti dikemukakan oleh Bromley (1992 : 216) strategi yang digunakan harus menyediakan dengan tepat sesuai minat yang dibutuhkan anak, juga melibatkan anak dan situasi yang berbeda dalam kelompok kecil, kelompok besar atau secara individual.       Strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan membaca di Taman Kanak-kanak adalah dengan pendekatan pengalaman berbahasa. Pendekatan ini diberikan dengan menerapkan konsep DAP (Developmentally Aproppriate Practice). Pendekatan ini disesuaikan dengan karakteristik pembelajar di Taman Kanak-kanak, yakni melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk mengembangkan kmampuan membaca serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberikan berbagai pengalaman bagi anak. Selain itu perlu juga memperhatikan motivasi dan minat anak sehingga kedua faktor itu betul-betul memberikan pengaruh yang besar dalam pengembangan kemampuan membaca. Strategi ini dilaksanakan dengan memberikan beragam aktivitas yang memperhatikan perkembangan kemampuan membaca yang dimiliki anak.

F.     Tujuan Pengembangan Kemampuan Membaca
1)      Pengembangan Sikap Positif terhadap Membaca
Sikap positif terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dapat ditingkatkan melalui strategi berikut :
a.         Menciptakan lingkungan budaya baca tulis yang kaya.
b.         Menciptakan kegiatan membaca cerita yang menyenangkan dengan menggunakan teinik dan sarana cerita yang menarik.
c.         Merancang kegiatan membaca cerita yang menyenangkan dengan menggunakan teknik dan sarana cerita yang menarik
2)      Pengembangan Konsep Tentang Buku dan Pemahaman Teks      Konsep tentang buku mencakup konsep tentang :
a.      Fungsi buku (untuk membaca)
b.      Bagian buku (depan belakang, atas-bawah)
c.      Cara membuka, membalik halaman
d.      Isi buku (tulisan-gambar)
e.      Hubungan antar gambar pada satu halaman dengan tulisannya
f.
       Permulaan tulisan pada setiap halaman
g.
     Makna judul
h.
     Ilustrator (Morrow, 1993)
Selanjutnya Morro (1993) mengemukakan anak mengembangkan pemahaman tentang tulisan jika :
a.      Berusaha membaca buku yang terkenal
b.      Melibatkan diri dalam pembcanaan cerita ketika cerita itu dibacakan
c.
     Menceritakan kembali isi cerita tanpa buku
d.      Memasukkan unsur-unsur cerita pada waktu menceritakan kembaliu
         cerita   itu (latar tema, alur, pemecahan).
d.        Mengemukakan pertanyaan literal sesudah membaca
e.         Mengemukakan pertanyaan interpretatif yang meramalkan
          kelanjutan cerita
f.         Mengemukakan pertanyaan kritis yang menganalisis informasi,  menarik kesimpulan membedakan fakta dan pendapat dan fantasi; serta menggunakan informasi dalam bacaan
g.       Menggunakan bahan refrensi lain untuk menambah informasi  
         tentang bacaan (Morrow, 1993).
         Untuk mengembangkan konsep tentang buku dan pemahaman teks itu dapat diterapkan berbagai teknik. Teknik teknik tersebut dapat memanfaatkan karya sastra untuk anak antara lain :
a.       Membaca buku favorit
b.            Dorect reading – Thninking anda Listening Thinking Activities (DRT and LTA). Teknik DLT maupun LTA mendorong anak untuk berpikir secara terarah. Selain itu teknik tersebut mengembangkan sekaligus kemampuan bahasa secara utuh.

          G.      Metode Pengembangan Membaca Untuk TK
                       1.     Pendekatan pengalaman bahasa
Dalam pendekatan ini guru menggunakan kata-kata anak sendiri untuk membantunya belajar membaca. Kata-kata itu dapat berupa penjelasan suatu gambar atau suatu cerita pendek yang dimasukkan ke dlaam suatu buku.
Mula-mula anak itu mengatakan kepada guru apa yang harus ditulis. Setelah beberapa waktu anak-anak dapat menyalin tulisan guru dan akhirnya dapat menulis kata-kata mereka sendiri.
Banyak guru menggunakan metode ini sebagai suatu pendekatan pertama untuk membaca. Membaca kata-kata mereka sendiri membantu anak-anak memahami bahwa kata yang tertulis adlaah untuk komunikasi makna.
Jadi, kekuatan dari pendekatan pengalaman bahasa yang utama adalah dapat membuat anak menggunakan pengalaman mereka sendiri sebagai bahan utama pelajaran membaca. Keunggulan lain dalam pendekatan ini anak menggunakan pola bahasa mereka sendiri, mereka dapat membaca lebih efektif daripada membaca pola bahasa yang ada dalam buku (Miller, 1977 : 44).

                       2.     Fonik
           Metode ini mengandalkan pada pelajaran alfabet yang diberikan terlebih dahulu kepada anak-anak, mempelajari nama-nama huruf dan bunyinya. Setelah mempelajari bunyi huruf mereka mulai merangkum beberapa huruf tertentu untuk membentuk kata-kata.
                              b-a-k                                                                                 
                              r-a- k           
                              p-a- k                   
                              t-a- k
                    Untuk memberikan latihan membaca kepada anak-anak dalam keterampilan ini, buku-buku cerita haruslah dipilih secara terencana, sehingga semua kata bersifat regular, dapat dibunyikan. Luar biasa sukarnya untuk menulis buku dengan kata-kata yang secara fonik bersifat reguler, yang menarik untuk dibaca anak-anak.
           Satu dua tiga
           Si gendut naik kuda
            Anak kekurangan dalam menggunakan metode fonik sebagai pendekatan  pertama untuk membaca. Mempelajari bunyi yang terpencil sangat abstrak bagi anak kecil. Ini tidak berarti apa-apa biasanya mereka menganggapnya sebagai membosankan.
                  Mereka juga harus benar-benar memusatkan pikiran akan pembunyian kata-kata sehingga mereka tidak mampu mengucapkan kata dengan benar tanpa mempunyai gambaran akan artinya. Anak-anak yang diajar hanya dengan metode ini akan belajar dan mengucapkan kata-kata tak bermakna dengan sangat benar, sedangkan jika kata-kata itu dalam kalimat mereka segera tahu bahwa kata-kata itu tidak berarti.
                  Karena alasan-alasan inilah metode fonik biasanya tidak diajarkan sampai anak-anak dapat memahami dengan baik dasr-dasar membaca. Tetapi anak-anak yang besr yang merasakan kesukaran membaca, sering merasa pendekatan fonik ini baik bagi mereka.
                  Tidak ada bukti pasti bahwa salah satu metode itu lebih unggul daripada yang lain. Kebanyakan guru cenderung menggabung sejumlah metode yang berlainan. Anak-anak yang berlainan memperoleh manfaat dari metode yang berlainan pada tahap yang berlainan.
 3.      Lihat dan Katakan
                  Dalam metode ini anak-anak belajar mengenali kata-kata atau kalimat-kalimat keseluruhan, bukanya bunyi-bunyi individu. Mereka memandangi kata-kata, mereka mendengar kata itu diucapkan dan kemudian mereka mengulangi ucpan itu.
Dua puluh tahun yang lalau orang lazim menggunakan kartu dengan dilihatkan sekilas dalam mengajar dengan metode ini. Kartu-kartu itu dipegang untuk dikenali anak-anak, tapi karena tidak ada petunjuk untuk membantu mereka, si anak menebak-nebak.
                  Sekarang umumnya diakui bahwa lebih baik menunjukkan seluruh kalimat lebih dahulu, dan lebih baik diiringi gambar, kemudian seperangkat kartu kata-kata yang sepadan ditaruh di bawah kalimat, dan akhirnya hanya kartu-kartu itu untuk membuat sebuah kalimat. Dengan cara lain anak-anak dapat memperoleh makna dari dalam kata-kata tercetak dari tahap paling awal belajar membaca.
 4.     Metode pendukung konteks
         Bila anak-anak sedang belajar membaca, sangatlah penting bahwa mereka menggunakan buku yang benar-benar menarik bagi mereka. Meskipun demikian mereka tidak dapat menangani terlalu banyak kata baru, dan sukarlah untuk menulis cerita yang menarik dengan kata-kata yang terbatas banyaknya. Untuk mengatasi masalah ini diterbitkan beberapa buku yang memberikan dua versi dari suatu cerita. Bersi panjang seringkali dicantumkan pad asatu halaman dan pada halaman sebelahnya ada versi yang lebih pendek.
         Kadang-kadnag versi panjang ditaruh pada bagian bawah halaman dan versi pendek dalam gelembung-gelembung bicara. Anak itu mendengar versi panjang sebelum membaca sendiri versi pendeknya. Perbendaharaan kata-kata yang lebih terbatas dari versi pendek dihidupkan karena anak itu dapat mengaitkan dengan apa yang telah ia dengar.Ini merupakan cara yang relatif baru dalam mengajar membaca dini. Cara ini memang membantu untuk membuat kata yang tercetak lebih menarik dan bermakna bagi seorang anak.








Latihan Soal
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini!
1)    Jelaskan pengertian membaca dengan kata-kata Anda sendiri!
2)    Mengapa kemampuan membaca penting dimiliki anak?
3)
    Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca  
        pada anak ?
4)    Jelaskan apa saja tujuan orang membaca ?

Petunjuk jawaban
Diskusikan soal latihan di atas dengan teman Anda atau dalam kelompok kecil. Dengan demikian Anda akan memperoleh jawaban yang lebih mendalam. Kemudian ferleksikanlah hasil diskusi tersebut dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri. Bila Anda dapat melakukannya dengan baik, berarti Anda telah memahami kegiatan belajar ini. Dalam rangka memantapkan pemahaman Anda terhadap materi yang telah Anda pelajari, bacalah rangkuman berikut ini.