Rabu, 24 Juli 2013




 Metode  Bercerita
 1.    Pengertian
                        Pengertian metode bercerita dikutip dari Winda Gunarti (2008:5.3) bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan , informasi / sebuah dongeng belaka,yang bisa dilakukan lisan / tertulis. Cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga / tanpa alat peraga. Menurut RUA Zaenal Fanani (2007) mengemukakan bahwa bercerita atau mendongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Cerita secara factual erat sekali hubungannya dengan pembentukan karakter , bukan saja karakter manusia secara individual, tetapi juga karakter manusia dalam sebuah bangsa.
            Metode Bercerita (Mendongeng) Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang sudah lama kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau tradisi bagi para orangtua untuk menidurkan anak-anaknya. Melalui cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan kehidupan yang dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu juga pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada anak-anak melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut.
            Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau mendongeng antara lain adalah : (1) mengembangkan imajinasi anak, (2) menambah pengalaman, (3) melatih daya konsentrasi, (4) menambah perbendaharaan kata, (5) menciptakan suasana yang akrab, (6) melatih daya tangkap, (7) mengembangkan perasaan sosial, (8) mengembangkan emosi anak, (9) berlatih mendengarkan, (10) mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif, (11) menambah pengetahuan, dll.
            Tidak semua pamong PAUD mempunyai kemampuan untuk menghafal secara lengkap banyak cerita atau dongeng yang ada, oleh karena itu cerita atau dongeng tidak harus disampaikan secara lisan, namun bisa juga disampaikan dengan membacakan buku cerita. Yang penting bagaimana cara mengemas cerita atau dongeng sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, mengasyikkan, meningkatkan gairah belajar, memberi semangat anak, menarik perhatian, dinamis (tidak monoton), memberi perasaan yang lucu, melibatkan anak baik secara emosi atau fisik, penuh ekspresi (tidak berlebihan), menimbulkan rasa ingin tahu, waktunya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak (tidak terlalu lama), dll. Oleh karena itu sebagai pamong PAUD hendaknya mempunyai inventaris buku-buku cerita yang sesuai dengan kehidupan dan perkambangan anak sebagai sumber cerita. Bahkan jika mungkin dapat menciptakan cerita atau dongeng sendiri sesuai dengan tema, situasi dan kondisi anak-anak.
            Agar cerita atau dongeng yang dismpaikan dapat dicerna dan diserap anak, maka sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan erat dengan kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak. Misalnya tema tentang : (1) kehidupan anak dalam keluarga, sekolah atau masyarakat, (2) binatang, seperti binatang ternak, binatang hidup di air, dll, (3) tanaman, seperti aneka bunga, tanaman pertanian, dll, (4) peristiwa dalam masyarakat, seperti pasar malam, musim panen, idul fitri, dll, (5) profesi masyarakat, seperti polisi, petani, nelayan, dll, dan (6) tema-tema lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
             Sebagai seorang pamong PAUD, sebaiknya melakukan persiapan-persiapan sebelum bercerita atau mendongeng kepada anak-anak. Beberapa persiapan yang dapat dilakukan antara lain : (1) menetapkan tujuan dan tema cerita, (2) menetapkan bentuk cerita, (3) menyiapkan alat dan media yang digunakan, (4) menetapkan langkah-langkah bercerita, (5) membaca dan memahami isi cerita. Dengan persiapan yang matang, maka kegiatan bercerita akan lebih terarah, fokus dan tidak melebar kemana-mana, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan Bercerita
Anak mampu mendengarkan, bertanya, menjawab pertanyaan menceritakan dan mengekspresikan apa yang disampaikan orang lain secara lisan, Jerome S. Brunner : ( “Bahasa Berpengaruh Besar Pada Perkembangan Pikiran Anak” )
     2.    Fungsi Bercerita
Membantu perkembangan bahasa anak ( mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis) sebagai hasil dari proses menyimak.
     3.    Manfaat Metode Bercerita
a)         Melatih daya serap / daya tangkap anak.
b)         Melatih daya fikir anak.
c)         Melatih daya konsentrasi anak.
d)        Mengembangkan daya imajinasi anak.
e)         Menciptakan situasi yang menyenangkan dan keakraban.
f)          Membantu meningkatkan kemampuan bahasa anak.
            
    4.     Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
a.         Kelebihannya
·      Dapat menjangkau jumlah anak yang banyak.
·      Efisien dan efektifitas waktu.
·      Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
·      Guru dapat menguasai kelas mudah.
·      Tidak banyak mengeluarkan biaya.
            b.         Kekurangannya
·      Anak didik pasif.
·      Kurang merangsang perkembangan kreatifitas.
·      Daya serap anak yang lemah sulit mrmahami topik cerita
   5.     Isi Cerita di TK
·      Mengandung nilai moral yang mengarah pada perkembangan sosial emosional dan kemampuan bahasa anak.
·      Pengetahuan umum bagi anak.
            Misal : tentang kehidupan di sekitar anak seperti : tanaman, perkembangbiakan
·      Sesuai dengan tahap perkembangan anak didik.

  6.     Teknik-teknik Bercerita
Cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah guru selesai bercerita. Cerita akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak.
Adapun teknik penggunaan dari masing-masing bentuk metode bercerita tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Bercerita dengan alat peraga
Dalam melaksanakan kegiatan digunakan alat peraga untuk memberikan kepada anak didik suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-hal yang didengar dalam suatu cerita :
a.   Bercerita dengan alat peraga langsung
Alat peraga dalam pengertian ini adalah beberapa jenis hewan atau benda benda yang sebenarnya bukan tiruan atau berupa gambar-gambar. Penggunaan alat peraga langsung untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-hal yang didengar dalam cerita. Dalam bentuk cerita ini guru sebaiknya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut
1) Alat peraga diperhatikan dan diperkenalkan terlebih dahulu pada anak didik.
2) Guru menjelaskan dengan singkat melalui tanya jawab dengan mengenalkan objek yang akan diceritakan.
3) Alat peraga kemudian disimpan sebelum guru bercerita dan mengatur posisi duduk anak didik.
b.    Bercerita dengan gambar
Bercerita dengan gambar hendaknya sesuai dengan tahap perkembangan anak, isinya menarik, mudah dimengerti dan membawa pesan, baik dalam hal pembentukan prilaku positif maupun pengembangan kemampuan dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita dengan gambar adalah :
1) Gambar harus jelas dan tidak terlalu kecil.
2) Guru memperhatikan gambar tidak terlalu tinggi dan harus terlihat
3) Gambar-gambar yang digunakan harus menarik.
4) Gambar yang ditutup setiap kali guru memulai kembali.         (Supriadi, 2003 : 13)
c.    Bercerita dengan menggunakan buku cerita
          Bercerita dengan buku dilakukan dengan membacakan cerita dari sebuah buku cerita bergambar. Dalam buku cerita bergambar biasanya terdapat tulisan kalimat-kalimat pendek yang menceritakan secara singkat gambar tersebut. Kegiatan membacakan cerita ini dilakukan karena kebanyakan anak usia pra-sekolah gemar akan cerita yang dibacakan oleh guru atau orang dewasa lainya.
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam membacakan cerita, seperti :
1)  Buku cerita dipegang dengan posisi yang dapat dilihat semua anak.
2) Ketika memegang buku guru tidak boleh melakukan gerakan-gerakan seperti bercerita tanpa alat peraga, intonasi dan nada serta mimik gurulah yang berperan di samping gambar-gambar dan kalimat-kalimat dalam buku untuk membantu fantasi anak.
d.    Bercerita dengan alat peraga
Kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode jika tidak ada alat peraga yang kongkrit. Dalam kegiatan bercerita yang berperan adalah guru dengan cara bercerita melalui ekspresi yang tepat.
Dalam menggunakan metode ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Guru harus menunjukan mimic muka, gerakan-gerakan tangan dan kaki serta suara sebagai pencerminan dan penghayatan secara sungguh-sungguh terhadap isi dan alur cerita.
b. Dalam bercerita harus menggunakan bahasa yang jelas, komunikasi dan mudah dimengerti anak.
c. Sebelum bercerita aturlah posisi duduk anak dan guru.
d. Selama bercerita hindari teguran pada anak.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui bahwa teknik yang dipergunakan guru dalam bercerita ditentukan pula oleh bentuk cerita yang akan disajikan. Cerita yang membekas pada diri anak akan sangat berpengaruh dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagaimana Mahmud Yunus mengemukakan bahwa .Pengaruh cerita lebih besar dari pada memberikan pengajaran semata-mata dengan nasehat atau menyuruh dan melarang kepada anak didik.. (Yunus, 1983 : 19)

( Prof. Dr. Tampubolon. “ Isi Cerita Hendaknya Sesuai Dengan Tingkatan Pemikiran dan Pengalaman Anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar