Metode Bercerita
1. Pengertian
1. Pengertian
Pengertian metode
bercerita dikutip dari Winda Gunarti (2008:5.3) bercerita adalah suatu kegiatan
yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan , informasi / sebuah
dongeng belaka,yang bisa dilakukan lisan / tertulis. Cara penuturan cerita
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga / tanpa alat peraga.
Menurut RUA Zaenal Fanani (2007) mengemukakan bahwa bercerita atau mendongeng adalah
metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Cerita
secara factual erat sekali hubungannya dengan pembentukan karakter , bukan saja
karakter manusia secara individual, tetapi juga karakter manusia dalam sebuah
bangsa.
Metode
Bercerita (Mendongeng) Bercerita atau mendongeng merupakan warisan budaya yang
sudah lama kita kenal, bahkan dijadikan sebagai kebiasaan atau tradisi bagi
para orangtua untuk menidurkan anak-anaknya. Melalui cerita atau dongeng banyak
hal tentang hidup dan kehidupan yang dapat kita informasikan kepada anak-anak.
Begitu juga pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama dapat kita tanamkan kepada
anak-anak melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita atau dongeng tersebut.
Manfaat
yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau mendongeng antara lain adalah :
(1) mengembangkan imajinasi anak, (2) menambah pengalaman, (3) melatih daya
konsentrasi, (4) menambah perbendaharaan kata, (5) menciptakan suasana yang
akrab, (6) melatih daya tangkap, (7) mengembangkan perasaan sosial, (8)
mengembangkan emosi anak, (9) berlatih mendengarkan, (10) mengenal nilai-nilai
yang positif dan negatif, (11) menambah pengetahuan, dll.
Tidak
semua pamong PAUD mempunyai kemampuan untuk menghafal secara lengkap banyak
cerita atau dongeng yang ada, oleh karena itu cerita atau dongeng tidak harus
disampaikan secara lisan, namun bisa juga disampaikan dengan membacakan buku
cerita. Yang penting bagaimana cara mengemas cerita atau dongeng sedemikian
rupa sehingga dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, mengasyikkan,
meningkatkan gairah belajar, memberi semangat anak, menarik perhatian, dinamis
(tidak monoton), memberi perasaan yang lucu, melibatkan anak baik secara emosi
atau fisik, penuh ekspresi (tidak berlebihan), menimbulkan rasa ingin tahu,
waktunya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak (tidak terlalu lama),
dll. Oleh karena itu sebagai pamong PAUD hendaknya mempunyai inventaris
buku-buku cerita yang sesuai dengan kehidupan dan perkambangan anak sebagai
sumber cerita. Bahkan jika mungkin dapat menciptakan cerita atau dongeng
sendiri sesuai dengan tema, situasi dan kondisi anak-anak.
Agar
cerita atau dongeng yang dismpaikan dapat dicerna dan diserap anak, maka
sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan erat dengan
kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak. Misalnya tema tentang :
(1) kehidupan anak dalam keluarga, sekolah atau masyarakat, (2) binatang,
seperti binatang ternak, binatang hidup di air, dll, (3) tanaman, seperti aneka
bunga, tanaman pertanian, dll, (4) peristiwa dalam masyarakat, seperti pasar
malam, musim panen, idul fitri, dll, (5) profesi masyarakat, seperti polisi,
petani, nelayan, dll, dan (6) tema-tema lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
Sebagai seorang pamong PAUD, sebaiknya
melakukan persiapan-persiapan sebelum bercerita atau mendongeng kepada
anak-anak. Beberapa persiapan yang dapat dilakukan antara lain : (1) menetapkan
tujuan dan tema cerita, (2) menetapkan bentuk cerita, (3) menyiapkan alat dan
media yang digunakan, (4) menetapkan langkah-langkah bercerita, (5) membaca dan
memahami isi cerita. Dengan persiapan yang matang, maka kegiatan bercerita akan
lebih terarah, fokus dan tidak melebar kemana-mana, sehingga dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
Bercerita
Anak
mampu mendengarkan, bertanya, menjawab pertanyaan menceritakan dan
mengekspresikan apa yang disampaikan orang lain secara lisan, Jerome S. Brunner
: ( “Bahasa Berpengaruh Besar Pada Perkembangan Pikiran Anak” )
2. Fungsi
Bercerita
Membantu
perkembangan bahasa anak ( mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis)
sebagai hasil dari proses menyimak.
3. Manfaat
Metode Bercerita
a)
Melatih daya serap / daya tangkap anak.
b)
Melatih daya fikir anak.
c)
Melatih daya konsentrasi anak.
d)
Mengembangkan daya imajinasi anak.
e)
Menciptakan situasi yang menyenangkan dan
keakraban.
f)
Membantu meningkatkan kemampuan bahasa anak.
4. Kelebihan
dan Kekurangan Metode Bercerita
a.
Kelebihannya
· Dapat
menjangkau jumlah anak yang banyak.
· Efisien
dan efektifitas waktu.
· Pengaturan
kelas menjadi lebih sederhana.
· Guru
dapat menguasai kelas mudah.
· Tidak
banyak mengeluarkan biaya.
b.
Kekurangannya
· Anak
didik pasif.
· Kurang
merangsang perkembangan kreatifitas.
· Daya
serap anak yang lemah sulit mrmahami topik cerita
5. Isi
Cerita di TK
· Mengandung
nilai moral yang mengarah pada perkembangan sosial emosional dan kemampuan
bahasa anak.
· Pengetahuan
umum bagi anak.
Misal : tentang kehidupan di sekitar anak
seperti : tanaman, perkembangbiakan
· Sesuai
dengan tahap perkembangan anak didik.
Cerita
sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk
bertanya dan memberikan tanggapan setelah guru selesai bercerita. Cerita akan
lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan
anak.
Adapun
teknik penggunaan dari masing-masing bentuk metode bercerita tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1)
Bercerita dengan alat peraga
Dalam
melaksanakan kegiatan digunakan alat peraga untuk memberikan kepada anak didik
suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-hal yang didengar dalam suatu cerita :
a. Bercerita
dengan alat peraga langsung
Alat
peraga dalam pengertian ini adalah beberapa jenis hewan atau benda benda yang
sebenarnya bukan tiruan atau berupa gambar-gambar. Penggunaan alat peraga
langsung untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat mengenai
hal-hal yang didengar dalam cerita. Dalam bentuk cerita ini guru sebaiknya
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut
1)
Alat peraga diperhatikan dan diperkenalkan terlebih dahulu pada anak didik.
2)
Guru menjelaskan dengan singkat melalui tanya jawab dengan mengenalkan objek yang
akan diceritakan.
3)
Alat peraga kemudian disimpan sebelum guru bercerita dan mengatur posisi duduk
anak didik.
b. Bercerita dengan gambar
Bercerita
dengan gambar hendaknya sesuai dengan tahap perkembangan anak, isinya menarik,
mudah dimengerti dan membawa pesan, baik dalam hal pembentukan prilaku positif
maupun pengembangan kemampuan dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
bercerita dengan gambar adalah :
1)
Gambar harus jelas dan tidak terlalu kecil.
2)
Guru memperhatikan gambar tidak terlalu tinggi dan harus terlihat
3)
Gambar-gambar yang digunakan harus menarik.
4)
Gambar yang ditutup setiap kali guru memulai kembali. (Supriadi, 2003 : 13)
c. Bercerita dengan menggunakan buku cerita
Bercerita dengan buku dilakukan dengan
membacakan cerita dari sebuah buku cerita bergambar. Dalam buku cerita
bergambar biasanya terdapat tulisan kalimat-kalimat pendek yang menceritakan
secara singkat gambar tersebut. Kegiatan membacakan cerita ini dilakukan karena
kebanyakan anak usia pra-sekolah gemar akan cerita yang dibacakan oleh guru
atau orang dewasa lainya.
Ada
dua hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam membacakan cerita, seperti :
1) Buku cerita dipegang dengan posisi yang dapat
dilihat semua anak.
2)
Ketika memegang buku guru tidak boleh melakukan gerakan-gerakan seperti
bercerita tanpa alat peraga, intonasi dan nada serta mimik gurulah yang
berperan di samping gambar-gambar dan kalimat-kalimat dalam buku untuk membantu
fantasi anak.
d. Bercerita dengan alat peraga
Kegiatan
belajar mengajar di Taman Kanak-kanak dapat dilaksanakan dengan menggunakan
metode jika tidak ada alat peraga yang kongkrit. Dalam kegiatan bercerita yang
berperan adalah guru dengan cara bercerita melalui ekspresi yang tepat.
Dalam
menggunakan metode ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya
adalah sebagai berikut :
a.
Guru harus menunjukan mimic muka,
gerakan-gerakan tangan dan kaki serta suara sebagai pencerminan dan penghayatan
secara sungguh-sungguh terhadap isi dan alur cerita.
b.
Dalam bercerita harus menggunakan bahasa yang jelas, komunikasi dan mudah
dimengerti anak.
c.
Sebelum bercerita aturlah posisi duduk anak dan guru.
d.
Selama bercerita hindari teguran pada anak.
Dari
penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui bahwa teknik yang dipergunakan
guru dalam bercerita ditentukan pula oleh bentuk cerita yang akan disajikan.
Cerita yang membekas pada diri anak akan sangat berpengaruh dalam kehidupan
selanjutnya.
Sebagaimana
Mahmud Yunus mengemukakan bahwa .Pengaruh cerita lebih besar dari pada
memberikan pengajaran semata-mata dengan nasehat atau menyuruh dan melarang
kepada anak didik.. (Yunus, 1983 : 19)
( Prof.
Dr. Tampubolon. “ Isi Cerita Hendaknya Sesuai Dengan Tingkatan Pemikiran dan
Pengalaman Anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar